Berkoperasi Secara Cerdas, Aktif dan Bijaksana

Cerdas, aktif, dan bijaksana merupakan unsur – unsur dominan  yang senantiasa dimiliki oleh orang-orang sukses dalam hidup. Memang tidak dapat dinafikan bahwa banyak faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam hidup. Namun, apabila dicermati lebih jauh, ternyata unsur-unsur tersebut masih menunjukkan peran yang dominan.

Dalam bukunya “Frames of Mind”, Howard Gardner seorang Profesor dari Harvard University menampilkan Theory of Multiple Intelligence, yang memperkuat perspektifnya tentang perkembangan kapasitas kognisi manusia. Gardner mendobrak tradisi umum teori tentang kecerdasan yang menganut dua asumsi dasar yaitu pandangan bahwa kognisi manusia itu bersifat satuan, dan setiap individu dapat dijelaskan sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan  yang dapat diukur dan tunggal. Hasil penelitian Gardner telah menguak rumpun kecerdasan manusia yang lebih luas daripada kepercayaan manusia sebelumnya, serta menghasilkan definisi tentang konsep kecerdasan yang sungguh pragmatis dan menyegarkan. Kecerdasan manusia tidak lagi diukur berdasarkan tes standar semata, tetapi dijelaskan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia, kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan, serta kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang. Konsep atau pemaknaan yang baru tentang kecerdasan tersebut di atas, telah memberikan gambaran tentang kapasitas kecerdasan manusia yang jauh lebih akurat daripada teori “kecerdasan tunggal” yang telah dikemukakan sebelumnya.

Ketika kebanyakan orang memiliki spektrum kecerdasan yang penuh, maka setiap individu akan menunjukkan perbedaan ciri-ciri kognitif. Menurut Theory of Multiple Intelligence, manusia memiliki tujuh jenis kecerdasan yang berbeda-beda dan akan menggunakannya dengan cara-cara yang sangat personal. Ketujuh jenis kecerdasan itu antara lain (1) kecerdasan linguistik/linguistic intelligence, (2) kecerdasan logika-matematika/logical-mathematical intelligence, (3) kecerdasan spasial/spatial intelligence, (4) kecerdasan kinestetik tubuh/bodily kinesthetic intelligence, (5) kecerdasan musik/ musical intelligence, (6) kecerdasan interpersonal/ interpersonal intelligence, dan (7) kecerdasan intrapersonal/ intrapersonal intelligence.

Setiap kecerdasan di atas, tampak memiliki urutan perkembangan sendiri, tumbuh dan menjelma pada waktu yang berbeda dalam suatu siklus kehidupan manusia. Dengan demikian, kita juga harus sadar bahwa setiap kecerdasan manusia dapat digunakan, baik untuk tujuan yang mulia maupun yang tidak mulia. Oleh karena itu, semua kecerdasan seharusnya mampu dilepaskan dari unsur penghargaan (value- free), yang kadang-kadang malah mereduksi makna dan peran kecerdasan itu sendiri. Bagaimana seseorang mampu memberdayakan kecerdasannya dalam hidup untuk kehidupan itu sendiri, merupakan sebuah pertanyaan moral yang sangat penting dan juga krusial.

Kecerdasan jamak (multiintelligence) yang disuguhkan Gardner, telah menyadarkan kita untuk senantiasa memberi ruang yang terbuka agar menciptakan kemungkinan-kemungkinan bagi pikiran manusia untuk berkembang menjadi sistem yang paling terbuka. Tidak semua manusia akan menjadi artis, politisi, penulis besar atau orang hebat lainnya. Namun yang pasti, setiap kehidupan manusia akan diperkaya melalui perkembangan bermacam-macam kecerdasan di tingkat yang paling memungkinkan. Jika setiap individu memiliki peluang untuk belajar melalui kelebihannya (baca: kecerdasan), maka akan muncul perubahan-perubahan kognitif, emosional, sosial, bahkan perubahan fisik yang positif dan menakjubkan.

Dalam konteks Koperasi Kredit (Kopdit), mengandalkan kecerdasan semata tidaklah cukup. Kecerdasan harus diikuti atau diimbangi dengan perilaku aktif dan bijaksana. Ketiga kata yang merupakan  entri poin dari tulisan ini, menjadi semakin nyata dan bermakna ketika secara terus – menerus disemai lalu tumbuh subur untuk senantiasa dihidupi sebagai bagian dari kepribadian setiap insan Kopdit. Apabila telah terjadi sinergi yang positif dan maksimal antara ketiga unsur tersebut dalam diri setiap insan Kopdit, maka akan memberikan efek yang positif dan maksimal pula terhadap kelembagaan Kopdit serta anggota-anggotanya. Secara kelembagaan, Kopdit akan mengalami kemajuan yang dinamis dan progresif, sedangkan anggota akan mengalami perubahan berupa peningkatan kesejahteraan hidup, serta pencerahan dalam membangun dimensi berpikir dan cara pandang tentang Koperasi. Melalui bekal kecerdasan yang dimiliki, seorang anggota Koperasi diharapkan mampu secara cermat dan kritis membaca setiap  peluang yang ditemui dalam hidup. Peluang tersebut akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kebaikan dan kemajuan diri sendiri, keluarga  atau orang banyak. Bahkan dengan kecerdasan yang dimiliki, seseorang dapat juga secara kreatif mengubah tantangan atau hambatan menjadi peluang yang produktif.

Membangun perilaku aktif dalam berkoperasi haruslah cerdas, agar tidak berubah menjadi perilaku aktif yang agresif. Aktif yang agresif cenderung memperlihatkan perilaku yang tidak realistis. Dalam konteks Koperasi, perilaku aktif anggota selalu tampak dalam beberapa hal yang sekaligus akan dipergunakan sebagai indikator untuk mengukur kualitas partisipasi dari seorang anggota terhadap Koperasi. Perilaku aktif  yang dimaksud antara lain : aktif mengikuti kegiatan pemberdayaan yang diselenggarakan Koperasi (misalnya : workshop, pelatihan wirausaha, pendidikan dasar, pendidikan lanjutan), aktif memberikan sumbangan pemikiran, waktu dan tenaga baik langsung maupun tidak langsung untuk kemajuan Koperasi, aktif membayar kewajiban-kewajiban administratif (misalnya : pembayaran simpanan wajib, simpanan sukarela, membayar bunga dan angsuran pinjaman tepat waktu), serta aktif melakukan transaksi pinjaman secara realistis. Apabila perilaku aktif ini selalu dialirkan pada alur  yang seharusnya secara terus-menerus dan konsisten, maka akan memberikan banyak manfaat positif untuk anggota, baik secara individu maupun secara kolektif. Dengan demikian, hal terpenting yang harus selalu ditumbuhkan  dalam diri setiap anggota Koperasi adalah perilaku aktif yang cerdas. Indikator keaktifan anggota sudah cukup jelas. Oleh karena itu, mari kita mengukur kualitas keaktifan kita masing-masing agar dapat melakukan perbaikan  secara signifikan.  Sebagai anggota Kopdit Padat Asih, apakah kita sudah mempraktikan perilaku aktif yang cerdas dalam berkoperasi? Barangkali jawaban yang paling tepat dan bijaksana adalah jawaban yang datang dari hati kita masing-masing sebagai anggota Kopdit Padat Asih.

Komponen lain yang juga penting dalam upaya membangun budaya berkoperasi yang cerdas adalah sikap bijaksana. Secara leksikal, bijaksana berarti pandai dan cermat atau teliti apabila menghadapi sesuatu. Dalam kaitannya dengan aktivitas berkoperasi, sikap bijaksana akan menuntun seorang anggota untuk selalu cermat dan realistis dalam mengambil  keputusan atas setiap persoalan yang dihadapi. Semakin cermat dan realistis seorang anggota dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan aktivitas berkoperasi, maka akan menghindari dirinya dari hal-hal yang memberatkan sebagai efek dari sikap tidak bijaksana.

Sebagai insan Kopdit, kita sering dihadapkan pada persoalan-persoalan pop yang begitu menggoda. Ketika seseorang berada dalam kendali godaan, maka kecenderungan mengambil keputusan yang tidak bijaksana sangat besar. Salah satu dampak nyata dari sikap tidak bijaksana yang tampak dalam konteks Koperasi adalah munculnya tunggakan-tunggakan atau kredit bermasalah.  Kredit bermasalah dalam Kopdit Padat Asih (4,45%) dapat diminimalisir sampai pada titik terendah apabila semua anggota mau mempraktikan perilaku bijaksana dalam melakukan transaksi pinjaman. Selama anggota Koperasi masih membiarkan diri dikendalikan oleh godaan-godaan yang tentatif, sehingga mengambil keputusan yang tidak bijaksana, maka persoalan kredit bermasalah akan terus muncul dengan trend meningkat.

Apabila dicermati lebih jauh, maka sesungguhnya efek dari sikap tidak bijaksana ini menimpah Koperasi sebagai institusi dann juga anggota Koperasi sebagai individu. Sebagai institusi, pertumbuhan dan perkembangan kelembagaan Kopdit akan terhambat, sedangkan anggota Koperasi akan mengalami kekacauan dalam pengendalian manajemen keuangan.

Bertolak dari deskripsi tentang pentingnya membangun perilaku cerdas, aktif, dan bijaksana dalam berkoperasi, maka tampak semakin nyata betapa pentingnya komponen-komponen itu harus selalu disemai dan dihidupi dalam diri setiap anggota Koperasi sebagai sebuah habitus baru.

Memasuki usia ke-32 tahun, Kopdit Padat Asih semakin matang. Dari sisi kelembagaan Kopdit Padat Asih tampak sangat solid dan kompetitif sedangkan dari sisi aset, Kopdit Padat Asih sangat likuid. Kondisi ini harus didukung oleh perilaku berkoperasi yang konstruktif dan produktif dari anggotanya. Dengan perilaku seperti itu, setiap anggota telah memberikan asupan gizi yang seimbang bagi tumbuh – kembangnya Kopdit Padat Asih, sehingga semakin kuat dan percaya diri dalam memasuki era kompetisi lembaga keuangan yang semakin ketat. Buah – buah lezat  dari pohon Kopdit Padat Asih yang selalu disirami perilaku – perilaku positif dari anggota, akan selalu kita petik hari ini, besok dan selamanya. Jadilah insan  Kopdit Padat Asih yang cerdas, aktif, dan bijaksana.
(Penulis: Yoakim Deko Lamablawa)

Bagikan: